Perbedaan Pemain Bola di Lapangan Hijau dengan Tukang Sorak di Tribun Penonton
(metafora ini juga berlaku di dunia Politik, Militer, Bisnis, dll dimana ada pertarungan dan kompetisi)
Pemain Bola di Lapangan Hijau: | Tukang Sorak di tribun penonton: |
-Pemain tim lawan dia salami -Kalau Pemain Lawan jatuh karena dia jegal, dia bantu pemain lawan untuk berdiri -Tidak pernah mengejek pemain klub lain, karena bisa jadi mereka jadi teman satu klub-nya musim depan. Biasanya mereka malah memuji calon lawannya sebelum pertandingan -kalo teman satu tim melakukan kesalahan, blunder, atau gol bunuh diri, dia justru memberi support bagi teman seperjuangannya -Setelah mengalahkan musuh dalam pertandingan, mereka justru memuji tim lawannya sebagai tim yang ulet, memberi perlawanan yang hebat,dsb bukannya malah merendahkan tim yang mereka kalahkan. -Kalau pemain lawan terkena kartu merah atau kuning, mereka tidak mengejek lawan yang dapat kartu, karena bisa jadi kartu merah/kuning berikutnya buat dirinya. Hampir tak ada pemain bola hebat yang tidak pernah dapat kartu kuning atau merah. Cristiano Ronaldo, Lionel Messi, Maradona, Pele, dll mereka semua pernah dapat kartu merah dan kuning. Terkena hukuman tidak mengurangi reputasinya sebagai pemain hebat yang melegenda. -Kalo diwawancara wartawan biasanya bicaranya sedikit, dan tidak berkoar-koar. Karena fokus pikirannya adalah permainan dirinya, bukan mengomentari permainan orang lain. -Dalam konperensi pers, kalau ditanya: “Bagaimana pertandingan tadi?” paling-paling dia hanya menjawab:”yah, pertandingan yang berat, musuh memberikan perlawanan yang hebat, mereka adalah tim yang hebat dan kompak,beruntung kami bisa memenangkan pertandingan ini.” Kemudian dia siap-siap beristirahat, dan memulihkan stamina untuk pertandingan minggu depan, dan latihan rutin 2 hari kemudian. -Kalau tim-nya kalah, tidak pernah larut dalam kesedihan yang berkepanjangan, dan tidak pernah mencari-cari kambing hitam, apalagi menyalahkan tim lawan,karena minggu depan ada pertandingan lagi, tim kami harus berkonsentrasi untuk pertandingan berikutnya. -Kalau tim-nya kalah, dia memberi ucapan selamat bagi tim lawan, sambil memuji-muji penampilannya, “walaupun kami kalah, kami bangga bisa bermain melawan tim xxx, saya yakin kalau tim xxx bisa konsisten dengan permainan seperti ini, mereka bisa menjuarai turnamen ini.” -antar pemain dari tim yang berbeda dan saling berlawanan sangat mudah untuk ngobrol bareng dan menjalin persahabatan, karena mereka merasa senasib di lapangan hijau. Maka jangan heran, antara pemain Real Madrid dan Barcelona, sangat mudah disatukan menjadi Tim Spanyol yang kompak | -Pemain lawan dia ejek, kadang dilempari botol, disorot dengan laser, dll, seakan akan pemain lawan adalah iblis yang harus diperangi. -kalau pemain lawan jatuh karena dijegal, dia bersorak kegirangan -Sering mencacimaki pemain lawan, kalau melakukan kesalahan di hina dan di ejek, kalau mencetak gol dia jadi sedih dan dengki. Dan sering pakai majas pars pro toto, satu pemain yang jelek, dia bilang tim itu jelek semua pemainnya. -Kalo pemain tim kesayangannya melakukan kesalahan/blunder atau gol bunuh diri, dia langsung mengutuknya dengan keras, bahkan ada yang sampai membunuh (ingat kasus Andres Escobar, pemain Kolombia dibunuh suporternya karena melakukan gol bunuh diri di Piala Dunia) - Setelah tim kesayangannya menang, dia bersorak berlebihan, berpawai keliling sampai pagi,mengungkapkan kegembiraannya dengan amat sangat, seakan-akan kemenangan itu adalah hasil jerih payahnya, padahal dia cuma jadi penonton di depan TV/di tribun stadion. -kalau tim kesayangannya menang, dia langsung menjelek-jelekkan tim lawan yang kalah. Dan menganggap tim kesayangannya sebagai tim superhebat, padahal dia tidak ikut andil apa-apa dalam membangun tim kesayangannya. -Kalau pemain lawan kena kartu merah atau kuning, dia senang sekali, sambil mencibir pemain yang dapat kartu, dikatakan sebagai pemain yang kasar lah, tackling jorok lah, dll. -kalo ditanya tentang sepakbola, dia bisa berkoar-koar selama berjam-jam, mengomentari plus-minus masing-masing pemain, membicarakan taktik dan strategi, seakan akan dia ahli sepakbola, padahal kerjanya cuma teriak-teriak di depan TV atau di tribun penonton, dan mendapatkan informasi sepakbola dari tabloid olahraga. -kalau ditanya:”Bagaimana Pertandingan Tadi?” dia langsung menjawab:”wah, pelatihnya salah menerapkan taktik, kenapa taktiknya 4-3-3, harusnya 4-2-3-1, sebaiknya Fernando Torres dimainkan dari awal, bukan jadi pemain cadangan, justru Fabregas-lah yang harusnya jadi pemain cadangan, mungkin pelatihnya sedang linglung banyak pikiran, atau memang dia nggak tahu taktik sepakbola. Anehnya lagi, si pelatih memainkan Alvaro Negredo sebagai starter, padahal mainnya jelek banget, masak sudah di depan gawang nggak bisa bikin gol, kalo tinggal gitu doang, nenek gua juga bisa.....bla...bla...bla...(sampai dua jam dia ngerocos)” seakan akan dia lebih pinter dari pelatih timnas spanyol dan lebih fasih main bola dari Alvaro Negredo. -kalo tim kesayangannya kalah, dia langsung mencari kambing hitam;”Ini semua gara-gara bek tolol itu, gara-gara dia telat turun, tim kita jadi kebobolan sama si botak Balotelli.” Dia tidak menyadari bahwa kita semua manusia bisa berbuat kesalahan, dan kesalahan tidak mengurangi martabat kemanusiaan seseorang. Kesalahan Bek sekelas Phillip Lahm atau Andrea Barzagli tidak akan mengurangi nilainya di bursa transfer, dan tidak akan mengurangi gajinya di klub. -Antar tukang sorak dari tim yang berbeda amat mudah sekali untuk berantem, saling ejek, lempar batu,dll. Mereka menganggap tukang sorak tim lawan sebagai musuh babuyutan yang harus dimusnahkan. Yang mereka tahu, tim kesayangannya adalah sabda kebenaran dari langit, yang pantang kalah gaya dari tim lawan yang lahir dari comberan peradaban. Timnya benar, tim lain salah, seakan-akan tidak ada kebaikan secuil-pun dari tim lawan. “yang bener cuma satu, yang lain salah.” (Padahal antar klub yang berlawanan saling tukar dan transfer pemain, saling meminjamkan pemain, dll.) |
Sikap mental dan pikiran para pemain-praktisi-pelaku dengan pengamat-komentator-tukang sorak selamanya akan selalu berbeda. Sikap mental, pola pikir, dan tindak tanduk pemain-praktisi-pelaku politik pasti akan berbeda dengan para pengamat-komentator-tukang sorak politik. Sikap mental, pola pikir, dan tindak-tanduk pemain-praktisi-pelaku bisnis pasti akan selalu berbeda dengan para pengamat-komentator-tukang sorak bisnis. Sikap mental, pola pikir, dan tindak-tanduk pemain-praktisi-pelaku militer pasti akan selalu berbeda dengan para pengamat-komentator-tukang militer, dan seterusnya. Masing-masing punya alam berpikirnya sendiri, sulit untuk memahaminya sebelum kita benar-benar nyemplung ke dalamnya.
0 komentar:
Post a Comment
Jadilah orang yang memberikan komentar yang baik untuk semuanya!