Cara mudah mendapat beasiswa luar negeri favorit
Setelah kamu lulus S1, apakah ingin lanjut S2 ke luar negeri? Atau setelah lulus S2, apakah ingin lanjut S3 ke luar negeri? Bagi kamu yang punya minat dan niat segunung mau lanjut studi ke negeri orang, berikut ini resepnya yang disusun dari berbagai pengalaman nyata menembus beasiswa studi ke luar negeri.
Beberapa bulan silam, memang pernah dipaparkan di isigood.com tentang: Bagaimana caranya memulai dari kondisi nol (atau mendekati nol), hingga berhasil mendapatkan beasiswa studi lanjut ke luar negeri? Kali ini akan diulas lebih lanjut bagaimana mewujudkan setahun atau paling lambat dua tahun lagi, kamu sudah berangkat kuliah ke luar negeri.
Caranya dimulai dengan jangan menunda-nunda lagi. Mulai bergerak sejak sekarang!
Kalau ada yang bilang, semua dimulai dari Mimpi, itu juga betul sih. Harus percaya, mimpi itu sungguh dahsyat. Tapi kongkretnya, mimpi tinggallah mimpi bila skor TOEFL atau IELTS-mu tidak kunjung mencapai syarat minimal. Jadi, kalau sudah bermimpi tinggi, segeralah action, wujudkan mimpimu.Start-nya simple, yaitu dengan memastikan skor TOEFL (minimal 550) atau IELTS (6,0).
Untuk langkah awal, kamu harus segera mengukur skor TOEFL/IELTS saat ini. Surely, segeralah mencoba tes TOEFL-Like atau tes simulasi yang lain. Biayanya tidak mahal kok, dan di berbagai kota pasti ada pusat pelatihan Bahasa Inggris yang mengadakannya.
Berapapun hasil skor tes simulasi tersebut, itu akan informasi penting bagimu. Mau dapat skor rendah, atau langsung berhasil menggaet skor tinggi, yang penting kamu tahu, dimana posisi kamu saat ini. Kalau dari hasil simulasi sudah ketahuan kamu sudah siap, maka segeralah mendaftar tes resminya, dan dapatkan sertifikat TOEFL/ILTES resmi yang diakui oleh seluruh universitas di dunia.
Bagi yang hasil simulasinya mendapat skor TOEFL/IELTS di bawah target minimum, jangan kuatir dan jangan pesimis. Karena, jadi tahu kan, “what to do“-nya!
Yang membedakan skor tinggi dan rendah adalah ‘KAPAN’, waktu keberangkatanmu ke luar negeri. Bisa dalam waktu dekat kamu mengepak baju musim dingin ke dalam kopermu, atau bisa mundur setahun yang akan datang, atau bisa dua tahun lagi kopermu akan dipenuhi mie instan sebagai bekal hidup di hari-hari pertama tiba di negeri orang.
Namun yang terpenting, skor TOEFL/IELTS adalah syarat mutlak, ibaratnya kunci kotak pandora. Begitu skor TOEFL/IELTS beres, maka dunia akan terbuka dan terbentang di hadapanmu. Sekilas ini terdengar klise, tapi memang betul begitulah kenyataannya! Jadi, kalau ada seorang mahasiswa yang bertanya tentang tips agar bisa dapat beasiswa kuliah di luar negeri, biasanya langsung saya ‘cut‘ dengan halus, dan saya ganti bertanya, “Skor TOEFL atau IELTF anda berapa?” Pertanyaan yang sangat standar, tapi seringkali jawabannya tidak standar.
Mau cara yang lebih gampang Belajar Bahasa Inggris? Ada cara kuno, tapi manjur .. Yaitu gunakan Bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-harimu. Mulai dari diskusi dengan teman, ngobrol tentang hal-hal ringan, menyanyi di kamar mandi, sampai dengan marahan sama pacar, merayu pacar. Bahkan kalau perlu, di dalam mimpipun ingatnya pakai Bahasa Inggris. Nanti tahu-tahu, skor TOEFL/IELTS kamu akan merayap naik tanpa disadari.
Untuk lebih detilnya, bagaimana dalam setahun atau dua tahun yang akan datang, kamu menerima visa keberangkatan ke luar negeri, berikut Step by Step-nya…
LANGKAH PERTAMA: TOEFL/IELTS
Dapatkan skor TOEFL (PBT: 550, atau IBT: 79) atau IELTS 6,0. Ini skor minimal, kalau bisa lebih ya lebih bagus. Untuk beberapa negara (misal Australia) menetapkan syarat IELTS 6,5. Namun khusus untuk beasiswa AAS (Australia), bisa dimulai dengan IELTS 5,0, dan kalau diterima akan diwajibkan mengikuti training khusus untuk meningkatkan ke IELTS 6,5.LANGKAH KEDUA: Gunakan TOEFL/IELTS untuk Mendaftar Perguruan Tinggi
Gunakan skor TOEFL/IELTS (yang sudah mencapai standar minimal) untuk mendaftar program studi di perguruan tinggi yang kamu inginkan. Terserah, mau ke Belanda, Jepang, USA, Australia, New Zealand, Inggris, atau negara lain.Target utama langkah kedua ini yaitu mendapatkan Letter of Acceptance (LoA) atau bisa disebut Admission Letter dari perguruan tinggi. Surat tersebut berisi pernyataan bahwa: KAMU DITERIMA sebagai calon mahasiswa, serta mencantumkan dengan jelas nama program studi, tanggal awal dan akhir program studi yang dipilih, serta total biaya perkuliahan.
Untuk mencari program studi yang cocok dengan karakter kamu, silakan manfaatkan google.com sedini mungkin untuk menjelajahi rimba pendidikan di dunia. Dengan kata kunci yang tepat, saya dulu akhirnya berhasil mendapatkannya. Sebagai catatan, program ekstensi atau program alih jalur dari D3 ke S1 di luar negeri memang sangat jarang. Namun bagi lulusan D4/S1 ada banyak peluangnya untuk lanjut ke S2.
Cara mudah mendapat beasiswa luar negeri favorit
LANGKAH KETIGA: Gunakan TOEFL/IELTS dan LoA untuk Mendaftar Beasiswa
Gunakan hasil dari langkah pertama (TOEFL/IELTS) dan hasil langkah kedua (LoA/Admission Letter) untuk mendaftar beasiswa. Intinya, mencari sumber dana untuk membiayai kuliah dan hidupmu selama di luar negeri.Silakan kunjungi situs-situs penyedia beasiswa studi ke luar negeri. Lakukan pencarian di google.com dengan berbagai kata kunci, misalnya: STUNED, MONBUKAGAKUSHO, AusAID, beasiswa LPDP, ICCR, dan sebagainya. (beberapa informasi jenis beasiswa tersebut juga telah ditulis di situs ini, silahkan klik tautan pada keywords tadi.
Dari pengalaman selama ini, itulah tiga langkah utama yang harus dipahami oleh para pencari beasiswa studi ke luar negeri. Jadi, sekali lagi, urutannya adalah 1) Bereskan English, 2) Dapatkan Letter of Acceptance dari kampus, dan 3) Cari Beasiswa dari penyedia dana.Khusus untuk program doktoral, cara pencariannya lebih banyak variasinya. Tidak selalu sama dengan 3 langkah diatas, tergantung di negara mana. Tapi langkah ke-1 dan ke-2 tetap mirip. Langkah ke-3 bisa jadi bukan mencari beasiswa. Misalnya di Jerman dan Belanda, mahasiswa doktoral malah mendapatkan gaji bulanan (bukan beasiswa), karena mereka dianggap bekerja di proyek penelitian yang dikelola profesor/supervisornya.
Jadi, tetap pada kesimpulan diatas, yaitu TOEFL/IELTS adalah target utama diawal perburuan beasiswa luar negeri. Dan wajib diingat, tidak mudah kalau mau dibolak-balik urutan langkah-langkahnya.
mendapat beasiswa cara mudah |
11 Faktor Penting Lain Yang Harus Diperhatikan dan Dipersiapkan
Nah, di dalam setiap langkah diatas, seorang pencari beasiswa tidak bisa lepas dari hal-hal dibawah ini.1. Berapa IPK minimal? (kalau bisa) minimal 3.0. Apabila IPK di bawah 3.0, bukannya mustahil, tapi harus ada Faktor-X lainnya yang spektakuler. Misalnya juara Kompetisi Robot Internasional di Eropa/Jepang, atau prestasi lainnya yang sesuai.
2. Harus punya pengalaman kerja? Kalau bisa : YA, sebaiknya harus punya pengalaman kerja. Kalau bisa minimal 2 tahun dan dibuktikan dengan SK Pengangkatan Pegawai atau Surat Kontrak Kerja.
3. Kalau belum punya pengalaman kerja? Bisa YES, bisa NO. Ada penyedia beasiswa yang menjadikan pengalaman kerja sebagai persyaratan, ada pula yang tidak.
4. Butuh Surat Rekomendasi? Ya, sebaiknya dilampirkan. Mintalah Surat Rekomendasi dari professor/supervisor/pembimbing Tugas Akhir kamu, ketika lulus S1, atau S1 dan S2 bagi kamu yang ingin lanjut S3 ke luar negeri. Serta, akan lebih lengkap lagi kalau bisa dapat Surat Rekomendasi dari atasan langsung di kantor bagi yang sudah bekerja.
5. Surat Persetujuan dari institusi tempat bekerja. Sebaiknya ditanda tangani diatas materei.
6. Mengisi Formulir Aplikasi selengkap-lengkapnya. Sejak dini harus melatih diri untuk mengisi formulir aplikasi. Isilah selengkap-lengkap, dan serapi-rapinya.
7. Butuh Tes Kesehatan? Ada yang tidak membutuhkan diawal, dan ada beberapa beasiswa langsung meminta hasil Tes Kesehatan diawal proses pendaftaran. Formulirnya biasanya sudah bisa didonlot di situs penyedia beasiswa tersebut.
8. Bagaimana dengan Motivation Statement? Atau Letter of Motivation? Kalau di Formulir CV-nya sudah memasukkan isian tentang hal ini, ya tidak perlu dilampirkan Motivation Statement. Tapi kalau CV-nya hanya berisi isian data-data standar, ya sebaiknya ditambahkan/dilampirkan Motivation Statement. Biasanya, pada proses wawancara, banyak pertanyaan yang digali dari Motivation Statement.
9. Lalu Proposal Riset apakah diperlukan? Untuk aplikasi beasiswa program S-3 (Doktoral), jelas diperlukan. Namun untuk beasiswa program S-2 (Master), biasanya tidak diperlukan. Tapi lebih baik kalau kamu mampu menyusun dan melampirkannya. Proposal riset ini akan menunjukkan kemampuan dan kapasitas keilmuan kamu. Proposal riset akan menjadi faktor super penting dalam proses seleksi. Biasanya, pada proses wawancara, banyak pertanyaan yang digali dari proposal riset.
10. GMAT/GRE apakah dibutuhkan? Yup, terkadang dibutuhkan. Maka lebih baik persiapkanlah.
11. Tips lainnya apa? Pada CV (Curriculum Vitae), cantumkan pengalaman riset, pengabdian masyarakat, organisasi, apapun, selengkap-lengkapnya dan disertai deskripsi penjelasan partisipasi kamu di dalamnya. Intinya, tampilkan Unique Selling Point yang kamu miliki. Khusus untuk pengalaman riset, cantumkan Abstrak-nya.
Tips khusus, baca artikel “Inilah Caranya Menyusun CV Yang Powerful“.
Untuk lebih detilnya tentang CV, Motivation statement dan lain-lain, kamu bisa membaca artikel lain berikut ini –> Ingin Kuliah di Belanda dengan Beasiswa Stuned? Simak tips berikut ini!
Catatan: Konten pada CV akan menjadi PEMBEDA dirimu di mata para reviewer, yang acapkali bahkan menjadi faktor penentu di saat-saat akhir. So, investasikan waktu dan fokus kamu untuk mempersiapkan CV yang semaksimal mungkin.
Oke, selamat berjuang mencari beasiswa studi ke luar negeri. Semoga bermanfaat, dan pantang menyerah ya … semoga sukses.
sumber : ISIGOOD.COM
kata kunci :
Cara mudah mendapat beasiswa luar negeri favorit
0 komentar:
Post a Comment
Jadilah orang yang memberikan komentar yang baik untuk semuanya!