Thursday, 26 November 2015

Pemilihan Jurusan di Perguruan Tinggi

Abis lulus mau lanjutin dimana yah ?
Pertanyaan ini kerap terlontar begitu seragam putih abu-abu siap ditanggalkan.“Pasti bingunglah, mau masuk apa. Mau milih sastra, teknik mesin, hukum, atau ekonomi, lulusannya sudah banyak,” kata Andri, pelajar kelas tiga SMU di sebuah kota besar. Cowok yang hobi mancing ini akhirnya sudah mendaftar ke teknik industri di Universitas XYZ. Namun, ia tetap mengharap bisa masuk Universitas ternama di Indonesia Fakultas Teknik Jurusan Perkapalan, sebuah jurusan yang baru dibuka. Itu pun setelah “konsultasi bakat” ke seseorang di Kota X yang bisa melihat melalui tulisan tangan.





            Beberapa para orang tua mungkin saja akan mengalami hal-hal yang berkaitan dengan kemajuan pendidikan putra-putrinya. Terutama setiap kali menghadapi tahun ajaran baru, banyak diantara para orang tua yang ikut merasakan pusingnya dalam menentukan jurusan bagi putra putrinya. Terutama bagi yang sudah menginjak kelas 3 SMA. Meskipun mereka sudah lulus Ujian Nasional dengan hasil gemilang masih banyak tantangan yang  menghadang kita seperti merencanakan dan menentukan langkah selanjutnya.  Apakah mau masuk perguruan tinggi, apakah masuk program S1, atau D3 serta jurusan apa yang dipilih, dsb. Mungkin beberapa diantaranya ada yang sudah mengetahui apa bakat dan minatnya dan terbiasa mengambil  keputusan sendiri, sehingga tidak banyak mengalami kendala dalam memilih jurusan.
Yang sering menjadi permasalahan adalah banyak siswa SMA yang sulit mengambil keputusan karena  tidak tahu apa bakat dan minatnya, dan banyak yang belum menemukan potensi  dirinya, sehingga agak kesulitan ketika harus memilih  jurusan dan perguruan tinggi. Belum lagi gaya ikut-ikutan teman agar ketika  kuliah sudah memiliki teman yang telah dikenal, atau juga karena mengikuti  pacar. Diantara orang tua ada pula yang  mencoba memaksakan anak memilih jurusan yang diingnkannya, bukan kemauan dan  minat anaknya. Tentu saja kondisi seperti ini akan memberi dampak pada keputusan anak itu sendiri. Mereka akan semakin bingung, di satu sisi tidak mempunyai minat, tetapi di sisi lain keinginan orang tua yang tidak sejalan.
Sebenarnya pandangan ini perlu ditinjau ulang karena memilih suatu  jurusan bukanlah persoalan yang mudah. Dalam memilih jurusan, siswa perlu  memperhitungkan beberapa faktor seperti kemampuan, minat, bakat,  kepribadian, dll. Salah memilih jurusan punya dampak yang signifikan terhadap kehidupan anak di masa mendatang. Apa saja dampaknya ?

Problem  Psikologis.
            Mempelajari sesuatu yang tidak sesuai minat, bakat dan kemampuan,  merupakan pekerjaan yang sangat tidak menyenangkan, apalagi kalau itu bukan  kemauan / pilihan anak, tapi desakan orang tua. Belajar karena terpaksa itu  akan sulit dicerna otak karena sudah ada blockingemosi. Kesal, marah,  sebal, sedih, itu semua akhirnya memblokir efektivitas kerja otak dan  menghambat motivasi. 
            Memilih jurusan yang tidak sesuai dengan minat diri juga punya dampak  psikologis, yakni menurunnya daya tahan terhadap tekanan, konsentrasi dan menurunnya daya juang. Apalagi kalau pelajaran kian sulit, masalah semakin  bertambah, bisa menyebabkan kuliah terancam terhenti di tengah jalan. 

Problem Akademis.
            Yang bisa terjadi jika salah mengambil  pilihan, seperti prestasi yang tidak optimal, banyak mengulang mata kuliah  yang berdampak bertambahnya waktu dan biaya, kesulitan memahami materi,  kesulitan memecahkan persoalan, ketidakmampuan untuk mandiri dalam belajar,  dan buntutnya adalah rendahnya nilai indeks prestasi. Selain itu, salah  memilih jurusan bisa mempengaruhi motivasi belajar dan tingkat kehadiran.  Kalau makin sering tidak masuk kuliah, makin sulit memahami materi, makin  tidak suka dengan perkuliahannya akhirnya makin sering bolos. Padahal,  tingkat kehadiran mempengaruhi nilai.

Problem Relasional.
            Salah memilih  jurusan, membuat anak tidak nyaman dan tidak percaya diri. Ia merasa tidak  mampu menguasai materi perkuliahan sehingga ketika hasilnya tidak memuaskan,  ia pun merasa minder karena merasa dirinya bodoh, dsb hingga dia menjaga  jarak dengan teman lain, makin pendiam, menarik diri dari pergaulan, lebih  senang mengurung diri di kamar, takut bergaul karena takut kekurangannya  diketahui, dsb. Atau, anak bisa jadi agresif karena kompensasi dari  inferioritas di pelajaran. Karena dia merasa kurang di pelajaran, maka dia  berusaha tampil hebat di lingkungan sosial dengan cara misalnya: mendominasi, mengintimidasi anak yang dianggap lebih pandai, dsb.

Bagaimana Memilih  Jurusan Agar Tepat?
            Memilih jurusan pada dasarnya merupakan sebuah proses  yang sudah dimulai sejak masa anak-anak. Kesempatan, stimulasi, pengalaman  apa saja yang diberikan pada anak sejak kecil secara optimum dan konsisten,  itu akan menjadi bekal, modal dan fondasi minat dan bakatnya. Makin banyak  dan luas exposure-nya, makin anak tahu banyak tentang dirinya, tapi makin  sedikit exposure nya, makin sedikit juga pengetahuan anak tentang dirinya.  Menurut Gunadi et al (2007), ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan  dalam melakukan pemilihan jurusan agar jurusan yang dipilih tepat, yaitu:  Mencari informasi secara detil mengenai jurusan yang diminati. Sebelum  memilih jurusan, hendaknya anak punya informasi yang luas dan detil, mulai  dari ilmunya, mata kuliahnya, praktek lapangan, dosen, universitasnya,  komunitas sosialnya, kegiatan kampusnya, biaya, alternative profesi kerja,  kualitas alumninya, dsb. Menyadari bahwa jurusan yang dipilih hanya merupakan  salah satu anak tangga awal dari dari proses pencapaian karir.  Anak perlu  tahu realitanya, bahwa jurusan yang dipilih tidak menjamin kesuksesan masa  depannya. Jangan dikira bahwa dengan kuliah di jurusan tersebut maka  hidupnya kelak pasti sukses seperti yang di iklankan.

            Alangkah baiknya jika  orang tua bisa membantu anak mencari informasi mengenai sekolah-sekolah yang  berkualitas dan membiarkan anak melihat plus minusnya secara kongkrit.  Diskusikan secara terbuka faktor apa saja yang jadi potensi kendala dan  bagaimana strategi solusinya. Dengan demikian, akan tercipta komunikasi yang  terbuka dan positif, anak merasakan dukungan dan komitmen orang tua,  sehingga anak pun diharapkan tergugah untuk menjaga komitmen dan  keseriusannya terhadap pilihan studinya. Mengoptimalkan peran social network  Punya banyak teman dan luasnya jaringan sosial bisa memberikan keuntungan  positif. Baik orang tua maupun anak bisa saling bertukar informasi dengan yang lain mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan pilihan studi. Kalau  mencari sendiri butuh waktu yang lama, maka kalau saling bertukar informasi,  tentu akan lebih efektif dan efisien. Namun yang perlu diingat adalah bahwa  orang tua tetap harus obyektif dan rasional, karena salah-salah jadi mudah  terpengaruh dan terikut pendapat orang yang belum tentu benar. Yang kita  cari adalah informasi faktual bukan gossip-nya. Tak dapat dipungkiri bahwa  untuk memilih suatu jurusan dibutuhkan pertimbangan yang matang serta  kemampuan untuk mengenali kelebihan dan kekurangan diri. Seiring dengan  eksplorasi minat dan bakat, anak pun perlu di arahkan untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab atas pilihannya. Anak perlu diajarkan untuk mandiri  dan mampu memotivasi diri sendiri, disiplin, dan serius belajar sebagai  perwujudan dari komitmen atas pilihan hidupnya. Jika menjumpai kendala,  tidak mudah putus asa apalagi berhenti di tengah jalan atau ganti haluan. .   
            Dipastikan saja, bahwa pilihan anak bukanlah karena ambisi orang tua, atau  karena kecemasan dan cara berpikir yang keliru dalam mempersepsi masa depan  anak. Misalnya, anak memilih jurusan sastra karena mampu dan sesuai minat,  tapi tidak disetujui orang tua karena menurut mereka, akan susah cari kerja.  Orang tua perlu memastikan saja, apa motivasi anak memilih jurusan yang dia  inginkan. Mengajak anak menganalisa motivasi dan alasan, akan lebih  menguntungkan karena anak akan mencoba menerapkan cara berpikir analitis  yang serupa ketika memilih dan memilah jurusan yang lain. Ajak anak untuk  mencari contoh kongkrit (orang yang sudah lebih dahulu kuliah dan atau  kerja) dari dampak salah memilih karena sebab-sebab tertentu, misalnya :  pengaruh teman, suruhan orang tua, asumsi yang keliru. 


 

0 komentar:

Post a Comment

Jadilah orang yang memberikan komentar yang baik untuk semuanya!

Twitter

Artikel Populer

Blog Archive

Template Ini Di buat oleh Blog Informasi dan Berita Unik Terbaru ( Zain Fikri H ) yang didukung oleh Blogger