CONTOH RPP TEKS ARTIKEL
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah/Satuan Pendidikan :
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XII/6
Pertemuan Ke : 3 dan 4
Alokasi Waktu : 2 Pertemuan (2 X 4 Jam Pelajaran x 45 menit)
Materi Pokok : Teks Artikel
A. Kompetensi Inti
Tujuan pembelajaran sebagaimana dinyatakan dalam kurikulum, berbentuk kompetensi yang terdiri atas (1) kompetensi sikap spiritual, (2) kompetensi sikap sosial, (3) kompetensi pengetahuan pengetahuan, dan (4) kompetensi keterampilan. Rumusan kompetensi sikap spiritual, “Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya”; kompetensi sikap sosial, “Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai)santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia”, dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yakni keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah, dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik. Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan digunakan sebagai dasar bagi guru dalam menumbuhkan dan mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.
KI 1 Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 2 Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian
Kompetensi Dasar | Indikator |
3.10 Mengevaluasi informasi, baik fakta maupun opini, dalam sebuah artikel yang dibaca. 4.10 Menyusun opini dalam bentuk artikel. | · Mengritisi masalah, fakta, opini, dan aspek kebahasaan dalam artikel. · Menulis opini dalam bentuk artikel dengan memerhatikan unsur-unsur artikel. · Memresentasikan, menanggapi, dan merevisi fakta dan opini, unsur kebahasaan, pengung-kapan opini dan hasil menyusunan opini da-lam bentuk artikel. |
3.11 Menganalisis kebahasaan artikel dan/atau buku ilmiah. 4.11 Mengonstruksi sebuah artikel dengan memerhatikan fakta dan kebahasaan | · Menemukan unsur kebahasaan artikel dan/ atau buku ilmiah · Menyusun artikel dan/atau buku ilmiah sesuai dengan fakta · Mempresentasikan, menanggapi, dan mere-visi unsur kebahasaan artikel yang telah disusun, |
C. Materi Pembelajaran
Artikel:
· Masalah;
· fakta dan opini;
· penyusunan opini
· topik
· masalah
· kerangka
· Persamaan dan perbedaan penggunaan bahasa.
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
(Catatan: kolom bagian kanan bukan bagian RPP tetapi penjelasan prosedur model pembelajaran Bahasa Indonesia).
Pendahuluan: 2 X 10 menit 1. Peserta didik merespon salam tanda mensyu- kuri anugerah Tuhan dan saling mendoakan. 2. Peserta didik merespon pertanyaan dari guru berhubungan dengan pembelajaran sebelunya. 3. Peserta didik menerima informasi dengan pro-aktif tentang keterkaitan pembelajaran sebelum-nya dengan pembelajaran yang akan dilaksana-kan. 4. Peserta didik menerima informasi tentang hal-hal yang akan dipelajari dan dikuasai khususnya tentang pembelajaran teks artikel. | Membangun Konteks: Dialog informasi tentang fungsi dan wujud teks artikel dalam kehidupan sehari-hari. Dapat pula ditayangkan film dokumenter dunia flora dan fauna | |
Kegiatan Inti: 2 X 150 menit | ||
1. Peserta didik membaca 2 atau 3 teks artikel yang bertema sama. 2. Peserta didik mencermati struktur teks dari 2 atau teks artikel yang telah dibacanya. 3. Peserta didik mencermati ciri kebahasaan yang digunakan dalam teks artikel. 4. Peserta didik mencermati isi pokok dalam 2 atau teks artikel 5. Peserta didik mengajukan pertanyaan tentang variasi struktur teks dari 2 atau 3 teks artikel. 6. Peserta didik mengajukan pertanyaan tentang ciri kebahasaan yang digunakan dalam 2 atau 3 teks artikel. 7. Peserta didik mengajukan pertanyaan isi pokok dari 2 atau 3 teks artikel. 8. Peserta didik mengumpulkan informasi melalui telaah model teks artikel. 9. Peserta didik melakukan klasifikasi dan deskripsi hubungan antarkomponen yang ditemukan berdasarkan telaah model teks 10. Peserta didik menyimpulkan struktur teks artikel 11. Peserta didik menyimpulkan ciri kebahasaan teks artikel. 12. Peserta didik menyimpulkan isi pokok dari 2 Atau 3 teks artikel. 13. Peserta didik mempresentasikan hasil pengamatan tentang struktur, ciri bahasa, dan isi pokok dari 2 atau 3 teks artikel. | Menelaah Model Tujuan kegiatan ini agar peserta didik mendapatkan pengetahuan tentang teks artikel secara mandiri dengan bimbingan guru. Kegiatan ini dapat dilakukan secara individual, berpasangan, atau berkelompok. Panduan lembar kerja menelaah model teks sangat dianjurkan untuk digunakan. Kesimpulan dibahas secara klasikal dengan panduan guru agar kelas aktif menarik namun pengaturan waktu efesien | |
14. Peserta didik mengerjakan latihan dan tugas yang diberikan guru untuk mengembangkan kompetensi (seperti latihan kata, kalimat, dan paragraf) yang sesuai dengan jenis teks artikel. a. latihan kosa kata teknis, sinonim b. latihan penulisan unsur serapan c. latihan pengembangan teks artikel d. latihan pengembangan kekohesian 15. Peserta didik berdiskusi dengan teman sebangku atau berpasangan untuk menentukan topik dan menyusun kerangka karangan. Latihan pengembangan topik dengan peta pikiran (mindmap) atau jaring laba-laba (spider-web) atau teknik lain yang dapat digunakan. | Mengonstruksi Terbimbing: kegiatan ini merupakan aplikasi dari pemahaman tentang teks dan latihan kebahasaan yang diguna-kan dalam me-nyusun teks artikel. Ini semacam latihan berlari, menendang bola, membawa bola, mengoper bola, dan lain-lain sebelum bermain bola sesungguhnya | |
16. Peserta didik menentukan topik teks artikel dengan peta pikiran (mindmap) atau jaring laba-laba (spider-web). 17. Peserta didik menyusun kerangka teks artikel. 18. Peserta didik mengumpulkan informasi yang sesuai dengan topik yang telah dipilih. 19. Peserta didik menyusun teks artikel berdasarkan kerangka yang telah disusun dengan memperhatikan struktur teks, ciri kebahasaan, dan EBI. 20. Peserta didik mempresentasikan teks artikel yang telah disusun. 21. Peserta didik menanggapi teks artikel. 22. Peserta didik merevisi teks artikel berdasarkan masukan dari teman. 23. Peserta didik memasukkan lembar coretan kerja dan semua draf hingga draf final ke bendel portofolio masing-masing. | Mengonstruksi Mandiri: Setelah peserta didik berkegiatan untuk mendapatkan pemahaman dan berbagai latihan subkompetensi menulis (atau berbicara) diharapkan peserta didik sudah memiliki kepercayaan diri untuk menyusun teks secara mandiri. | |
Penutup: 2 X 20 menit | ||
1. Peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari. 2. Peserta didik melaksanakan penilaian pembe-lajaran yang diberikan pendidik. 3. Peserta didik saling memberikan umpan balik/ refleksi hasil pembelajaran yang telah dicapai. 4. Pendidik menutup pembelajaran dengan ucapan salam. | Kegiatan penutup merupakan refleksi guru dan peserta didik terhadap proses dan hasil pembelajaran sebagai upaya peningkatan mutu berkelanjutan |
B. Penilaian
KD dan Indikator (KD-3: Pengetahuan)
Kompetensi Dasar | Indikator |
3.10 Mengevaluasi informasi, baik fakta maupun opini, dalam sebuah artikel yang dibaca. 3.11 Menganalisis kebahasaan artikel dan/atau buku ilmiah. | · Mengritisi masalah, fakta, opini, dan aspek kebahasaan dalam artikel. · Menemukan unsur kebahasaan artikel dan/ atau buku ilmiah |
Penilain Proses | Penilaian Hasil |
Penilaian proses aspek pengetahuan dapat dilakukan sejak kegiatan Menelaah Model dan Mengonstruksi terbimbing. Catatan terhadap peserta didik pada kegiatan tersebut dapat dijadikan penilaian sikap selama mengikuti pembelajaran: ketekunan, kerja sama, semangat, ketelitian, kerapihan, kebersihan, keseriusan. | Jenis : Tulis Bentuk : Uraian Contoh instrumen: 1. Tulislah masalah yang dibahas dalam teks artikel yang Anda baca! 2. Jelaskan perbedaan fakta dengan opini dalam teks artikel! 3. Tuliskan 5 ciri kebahasaan yang digunakan dalam teks artikel dan berikan contoh masing-masing! |
KD dan Indikator (KD-4: Keterampilan)
Kompetensi Dasar | Indikator |
4.10 Menyusun opini dalam bentuk artikel. 4.11 Mengonstruksi sebuah artikel dengan memerhatikan fakta dan kebahasaan | · Menulis opini dalam bentuk artikel dengan memerhatikan unsur-unsur artikel. · Memresentasikan, menanggapi, dan merevisi fakta dan opini, unsur kebahasaan, pengungkapan opini dan hasil menyusunan opini dalam bentuk artikel. · Menyusun artikel dan/atau buku ilmiah sesuai dengan fakta · Mempresentasikan, menanggapi, dan mere-visi unsur kebahasaan artikel yang telah disusun, |
Penilain Proses | Penilaian Hasil |
Penilaian proses aspek pengetahuan dapat dilakukan sejak kegiatan Mengonstruksi Terbimbing dan Mengonstruksi Mandiri. Catatan terhadap peserta didik pada kegiatan tersebut dapat dijadikan penilaian sikap selama mengikuti pembelajaran dan mengerjakan tugas (bendel portofolio): ketekunan, kerjasama, semangat, ketelitian, kerapihan, kebersihan, keseriusan. | Jenis : Menulis Bentuk: Uraian Contoh Instrumen Susunlah teks artikel dengan memerhatikan hal di bawah ini! a. Tentukan topik teks artikel! b. Buatlah kerangka sesuai dengan struktur teks artikel! c. Kembangkan kerangka tersebut menjadi teks artikel dengan memerhatikan struktur teks, ciri kebahasaan, dan EBI! |
Portofolio
Khusus untuk kompetensi menulis, penilaian meliputi proses dan produk yang tercakup dalam penilaian portofolio. Dokumen portofolio berisi:
(a) draf final (produk) berbobot 40%;
(b) bukti draf sedikitnya 3 draf berbobot 25%;
(c) bukti catatan tentang apa yang akan ditulis dan sumber penulisan berbobot 10%; dan
(d) catatan reflektif berbobot 25%.
Penilaian Sikap
Penilaian sikap dilakukan selama proses pembelajaran (termasuk informasi dari portofolio) atau di luar pembelajaran dengan melalui observasi dengan isian lembar pengamatan
Contoh format dan pengisian lembar pengamatan guru mata pelajaran
Nama Satuan pendidikan :
Tahun pelajaran : 2017/2018
Kelas/Semester : XII/2
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
No | Waktu | Nama | Kejadian/ Perilaku | Butir sikap | Positif/ Negatif | Tindak Lanjut |
1. | 28 Januari 2018 | Indri | Tidak mengerjakan tugas menganalisis teks artikel. | Tanggung jawab | - | Dipanggil dan disuruh mengerjakan tugas kembali dengan waktu terbatas |
2. | 28 Januari 2018 | Sochib | Mengerjakan tugas dengan serius, tepat waktu, dan hasilnya sangat baik | Tanggung jawab | + | Diberi pujian atau apresiasi |
Pedoman Penskoran
a. Pengetahuan
Soal | Aspek yang Dinilai | Skor |
1 | a. Peserta didik menulis masalah dalam teks artikel dengan sangat tepat | 4 |
b. Peserta didik menulis masalah dalam teks artikel dengan tepat | 3 | |
c. Peserta didik menulis masalah dalam teks artikel dengan kurang tepat | 2 | |
d. Peserta didik menulis masalah dalam teks artikel dengan tidak tepat | 1 |
Soal | Aspek yang Dinilai | Skor |
2 | a. Peserta didik membedakan fakta dengan opini dalan artikel dengan sangat tepat | 4 |
b. Peserta didik membedakan fakta dengan opini dalan artikel dengan tepat | 3 | |
c. Peserta didik membedakan fakta dengan opini dalan artikel dengan kurang tepat | 2 | |
d. Peserta didik membedakan fakta dengan opini dalan artikel dengan tidak tepat | 1 |
Soal | Aspek yang Dinilai | Skor | |
3 | a. Peserta didik mentukan 5 ciri kebahasaan yang digunakan dalam teks artikel dan memberikan contoh masing-masing dengan sangat tepat | 4 | |
b. Peserta didik mentukan 5 ciri kebahasaan yang digunakan dalam teks artikel dan memberikan contoh masing-masing dengan tepat | 3 | ||
c. Peserta didik mentukan 5 ciri kebahasaan yang digunakan dalam teks artikel dan memberikan contoh masing-masing dengan kurang tepat | 2 | ||
d. Peserta didik mentukan 5 ciri kebahasaan yang digunakan dalam teks artikel dan memberikan contoh masing-masing dengan tidak tepat | 1 | ||
Keterangan
Nilai = Perolehan skor
Jumlah soal
Contoh
Nilai = 10 x 100 = 83,33
Nilai = 10 x 100 = 83,33
12
b. Keterampilan
Soal | Aspek yang Dinilai | Skor |
1 | a. Peserta didik menentukan topik teks artikel sangat sesuai isi teks | 4 |
b. Peserta didik menentukan topik teks artikel sesuai isi teks | 3 | |
c. Peserta didik menentukan topik teks artikel kurang sesuai isi teks | 2 | |
d. Peserta didik menentukan topik teks artikel tidak sesuai isi teks | 1 | |
2 | a. Peserta didik menyusun kerangka teks artikel sangat lengkap dan sangat sesuai dengan topik | 4 |
b. Peserta didik menyusun kerangka teks artikel lengkap dan sesuai dengan topik | 3 | |
c. Peserta didik menyusun kerangka teks artikel kurang lengkap dan kurang dengan topik | 2 | |
d. Peserta didik menyusun kerangka teks artikel tidak lengkap dan tidak sesuai isi teks | 1 | |
3 | a. Peserta didik menulis teks artikel sangat sesuai dengan kerangka, struktur, ciri kebahasaan, dan EBI | 4 |
b. Peserta didik menulis teks artikel sesuai dengan kerangka, struktur, ciri kebahasaan, dan EBI | 3 | |
c. Peserta didik menulis teks artikel kurang sesuai dengan kerangka, struktur, ciri kebahasaan, dan EBI | 2 | |
d. Peserta didik menulis teks artikel tidak sesuai dengan kerangka, struktur, ciri kebahasaan, dan EBI | 1 |
Nilai = Perolehan skor
Jumlah kreteria/soal
Contoh
Nilai = 11 x 100 = 91,66
12
F. Pendukung Pembelajaran (Alat, Media, Bahan, Sumber)
1. Penyajian komputer (laptop) dengan program powerpoint.
2. Bahan ajar otentik teks artikel (hasil penelitian atau media massa).
3. Buku teks dan buku ensiklopedia.
4. Film dokumenter.
5. Internet.
Mengetahui, …………, ……….
Kepala …… Guru Mata Pelajaran,
……………. ………………………..
RPP DAN MATERI PEMBELAJARAN SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2017/2018
MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS XII (SMA/SMK)
1. TEKS NOVEL
2. TEKS ARTIKEL
3. TEKS KRITIK DAN ESAI
KLIK https://zuhriindonesia.blogspot.co.id/2017/12/rpp-teks-kritik-dan-esai-kelas-xii.htmlLAMPIRAN PEMBELAJARAN TEKS ARTIKEL
Kompetensi Dasar
Pengetahuan | Keterampilan |
3.10 Mengevaluasi informasi, baik fakta maupun opini, dalam sebuah artikel yang dibaca | 4.10 Menyusun opini dalam bentuk artikel |
3.11 Menganalisis kebahasaan artikel dan/atau buku ilmiah | 4.11 Mengonstruksi sebuah artikel dengan memerhatikan fakta dan kebahasaan |
A. Contoh Teks Artikel
Berikut contoh artikel
MENUMBUHKAN KEMAMPUAN LITERAS BACA-TULIS:
ANTARA UPAYA DAN TANTANGAN
(oleh : Nana Sutisna, M.Pd.)
A. Pengantar
Mengapa kemampuan literasi baca-tulis perlu ditumbuhkan terutama di kalangan peserta didik? Seberapa pentingkah kemampun literasi baca-tulis bagi peserta didik? Pertanyaan lebih jauh, seberapa berpengaruhkah kemampuan literasi baca-tulis terhadap masa depan suatu bangsa? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saling terkait terebut, mari kita simak uraian berikut ini. Baca-tulis merupakan keterampilan berbahasa yang perlu dikuasai peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Menyusun laporan, merangkum bacaan, menyusun hasil praktikum, menjawab soal, hingga menyusun karya tulis adalah sebagian kegiatan peserta didik yang melibatkan kemampuan literasi baca-tulis.
Kemampuan literasi baca-tulis peserta didik akan mencerminkan wawasan pengetahuan yang dimilikinya. Peserta didik yang literat berpotensi memiliki wawasan pengetahuan yang luas untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik tersebut relatif lebih mudah menjalani kehidupan, khususnya dalam bidang akademik. Sebaliknya, siswa yang aliterat akan kesulitan dalam menjalani kehidupan terutama dalam bidang akademik. Dengan demikian, kemampuan literasi baca-tulis perlu ditumbuhkan di kalangan peserta didik.
Lantas bagaimana pengaruh kemampuan literasi baca-tulis terhadap masa depan bengsa? Pada abad ke-21 ini, kemampuan berliterasi peserta didik berkaitan erat dengan tuntutan keterampilan baca-tulis yang berujung pada kemampuan memahami dan menuangkan informasi secara analitis, kritis, dan reflektif. Tak dapat dipungkiri, kemampuan literasi baca-tulis berperanan penting dalam memenangkan persaingan di dunia internasional.
B. Tantangan Penumbuhan Budaya Literasi
Patut disayangkan, kemampuan literasi baca-tulis terutama dalam memahami bacaan, menunjukkan kompetensi peserta didik Indonesia tergolong rendah dibandingkan dengan negara lain. Hal ini terbukti dari hasil uji internasional literasi membaca yang mengukur aspek memahami, menggunakan, dan merefleksikan hasil membaca dalam bentuk tulisan. Pengujian ini dilakunkan PIRLS(Progress in International Reading Literacy Study) tahun 2011. Berdasarkan data tersebut, Indonesia menduduki peringkat ke - 45 dari 48 negara peserta dengan skor 428 dari skor rata-rata 500. Sementara itu, uji literasi membaca dalam PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2009 menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-57 dengan skor 396 dari skor rata-rata 493. Pada PISA 2012 menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke - 64 dengan skor 396 dari skor rata-rata 496. Sebanyak 65 negara berpartisipasi dalam PISA 2009 dan 2012. (Dirjen Dikdasmen, 2016 : i)
Data di atas cukup mencemaskan kita semua. Bagaimana tidak? Alih-alih bangsa Indonesia sedang giat mempersiapkan generasi emas 2045, dihadapkan pada kenyataan bahwa peserta didik yang digadang-gadangkan sebagai bonus demografi kemampuan literasinya rendah. Bonus demografi yang dimaksud adalah jumlah penduduk usia muda (usia rata-rata sekolah) lebih bayak dibandingkan dengan penduduk usia tua. Kondisi ini akan berlangsung antara tahun 2012 hingga 2035. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 diketahui bahwa jumlah anak usia 0 - 9 tahun mencapai 45,93 juta, dan anak usia 10 - 19 tahun berjumlah 43,55 juta jiwa. Mereka inilah kader generasi emas 2045. Pada tahun 2045 mereka yang berusia 0 - 9 tahun akan berusia 35 - 45 tahun dan yang berusia 10 - 19 tahun akan berusia 45 - 54 tahun. Apabila potensi tersebut tidak dikelola dengan benar, tidak menutup kemungkinan genersi emas akan menjadi generasi lemas.
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan literasi baca-tulis di kalangan peserta didik. Hal ini berkaitan dengan kultur lisan lebih dominan daripada baca-tulis dalam lingkungan peserta didik. Peserta didik lebih tertarik mencari informasi dari menyimak tontonan daripada membaca tulisan. Di lingkungan sekolah, rendahnya kemampuan literasi baca-tulis peserta didik karena ketidaktahuan akan manfaat yang diperoleh dari kegiatan baca-tulis. Efektifitas praktik pelajaran baca-tulis di kelas yang masih kurang dan terbatasnya kuantitas dan kualitas buku rujukan menyebabkan pempelajaran tersebut kurang berhasil. Selain itu, apresiasi sekolah terhadap sarana penyaluran bakat baca-tulis semisal majalah dinding, buletin, majalah sekolah, koran, buku sastra, dan blogatau situs sekolah masih tersendat.
C. Upaya Menumbuhkan Kemampuan Literasi Baca-Tulis.
Untuk mengatasi rendahnya kemampuan literasi baca-tulis di kalangan peserta didik, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). GLS adalah upaya menyeluruh yang melibatkan guru, peserta didik, orang tua, dan masyarakat. GLS memperkuat gerakan penumbuhan budi pekerti sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015. Salah satu kegiatan di dalam gerakan tersebut adalah “kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai”. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik.
Setahun lebih GLS diluncurkan. Gaung GLS merasuk ke semua tingkatan pendidikan, terutama pendidikan dasar dan menengah, termasuk ke SMAN 2 Sumedang, tempat penulis mengabdi. Dalam kurun waktu tersebut ketika upaya digulirkan serta-merta tantangan selalu hadir mengikutinya. Adapun upaya-upaya yang dilakukan di SMAN 2 Sumedang untuk meningkatkan kemampuan literasi baca-tulis berpedoman pada buku panduan GLS berkut ini.
1. Tahap pembiasaan
Kegiatan pertama yang dilakukan di SMAN 2 Sumedang adalah pembiasaan membaca selama 15 menit setiap hari. Kegiatan yang dilakukan para guru adalah membacakan kutipan buku dengan nyaring dan mendiskusikannya. Ada pula guru yang menyuruh peserta didik membaca mandiri. Tujuan kegiatan ini adalah memotivasi peserta didik untuk mau dan terbiasa serta menunjukan bahwa membaca sesuatu kegiatan yang menyenangkan. Disamping itu, tujuan kegiatan tersebut adalah untuk memperkaya kosakata, menjadi sarana berkomunikasi antara peserta didik dan guru, dan mengajarkan strategi membaca.
Kegiatan tahap pembiasaan selanjutnya adalah membaca buku dengan memanfaatkan peran perpustakaan. Dalam praktiknya, perpustakaan sekolah menyelenggarakan kegiatan penunjang keterampilan literasi informasi bagi para peserta didik. Keterampilan ini kemudian diterapkan peserta didik saat mereka mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru bidang mata pelajaran yang diajarkan melalui tugas meringkas atau membuat sinopsis buku. Tujuan kegiatan ini adalah memperkenalkan proses membaca, mengembangkan kemampuan membaca secara efektif dan meningkatkan kemampuan pemahaman bahan bacaan yang efektif.
Membaca terpandu dan membaca mandiri adalah kegiatan berikutnya. Guru memandu peserta didik membaca dalam kelompok yang lebih kecil. Tujuan kegiatan ini adalah untuk aktif meningkatkan pemahaman, menganalisis bacaan, membuat tanggapan terhadap bacaan dan membuat peserta didik mampu membaca mandiri.
2. Tahap Pengembangan
Tahap pengembangan adalah berbagai kegiatan tindak lanjut yang dilakukan guru setelah kegiatan 15 menit membaca. Dalam tahap pengembangan ini, kegiatan tindak lanjut dilakukan secara berkala (misalnya 1 - 2 minggu). Adapun kegiatan tindak lanjut seperti berikut: menulis komentar singkat terhadap buku, bedah buku, reading award, dan mengembangkan iklim literasi sekolah..
c. Tahap Pembelajaran
Dalam tahap pembelajaran ini berbagai jenis kegiatan pernah dilakukan di SMAN 2 Sumedang termasuk lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran. Kegiatan literasi lain dalam pembelajaran adalah dengan sistem pemberian tagihan akademik kepada peserta didik. Dalam hal ini, guru pun dituntut melaksanakan berbagai strategi untuk memahami teks dalam semua mata pelajaran. Menggunakan lingkungan fisik, sosial, afektif, dan akademik disertai beragam bacaan (cetak, visual, auditori, digital) yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran sangat dtekankan kepada guru-guru untuk memperkaya pengetahuan dalam mata pelajaran. Di samping itu, peserta didik dituntut menulis biografinya dalam satu kelas sebagai proyek kelas.
D. Tantangan Menumbuhkan Kemampuan Literasi Baca-Tulis.
Pada tahap pembiasaan, kegiatan membaca selama 15 menit setiap hari ini merupakan tantangan yang cukup berat bagi SMAN 2 Sumedang. Meluangkan waktu lima belas menit dalam pembelajaran tampaknya kelihatan ringan. Selama lima belas menit guru hanya dituntut membacakan kutipan buku dengan nyaring dan mendiskusikannya atau peserta didik membaca mandiri. Pada kenyataanya, masih ada anggapan beberapa guru di SMAN 2 Sumedang yang tidak mau jam mengajarnya terpotong. Mereka beralasan selain itu terpotong kegiatan tersebut, jam mengajar mereka terpotong pula oleh waktu berdoa, menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya, mengabsen peserta didik, dan lain-lain. Meskipun demikian, ada beberapa guru yang sudah melaksanakan kegiatan tersebut, namun masalah konsistensi dan kesinambungannya tak bisa dijaga.
Membaca buku dengan memanfaatkan peran perpustakaan, membaca terpandu, dan membaca mandiri adalah kegiatan berikutnya dalam tahap pembiasaan. Tantangan dalam kegiatan ini adalah kuantitas dan kualitas buku di perpustakaan sangat terbatas. Buku-buku penunjang, seperti buku sastra selalu tidak signifikan dengan jumlah siswa.
Setelah tantangan pada tahap pembiasaan, muncul pula tantangan pada kegiatan tahap pengembangan. Tak dapat dipungkiri, tantangan ini muncul karena kegiatan ini adalah tindak lanjut yang dilakukan guru setelah kegiatan 15 menit membaca. Dalam tahap pengembangan ini, kegiatan tindak lanjut dilakukan secara berkala (misalnya 1 - 2 minggu). Menulis komentar singkat terhadap buku yang dibaca di jurnal membaca harian adalah kegiatan tahap pengembangan yang selalu dihadapkan pada sebuah tantangan. Walaupun jurnal membaca harian dapat dibuat secara sederhan, singkat, namun konsistensi selalu terkendala. Padahal peserta didik hanya mengisi sendiri jurnal hariannya dengan menyebutkan judul buku, dan pengarang.
Bedah buku secara sederhana dapat diartikan sebuah kegiatan mengungkapkan kembali isi suatu buku secara ringkas dengan memberikan saran terkait dengan kekurangan dan kelebihan buku tersebut. Tantangan yang dihadapi dalam kegiatan tahap ini adalah terbatasnya buku-buku baru yang berkualitas sebagai bahan resensi. Di samping itu, faktor kejenuhan selalu menghantui peserta didik.
Reading award dan mengembangkan iklim literasi sekolah juga merupakan tindak lanjut kegiatan 15 menit membaca. Apabila dalam tahap pembiasaan sekolah mengutamakan pembenahan lingkungan fisik, dalam tahap pengembangan ini sekolah dapat mengembangkan lingkungan sosial dan afektif. Tantangan terberat dari kegiatan-kegiatan ini adalah belum populernya penghargaan prestasi literasi di kalangan warga sekolah. Prosedur penentuan penerima reading award belum sepenuhnya dipahami oleh pihak-pihak yang terkait.
Bagaimana dengan tantangan membangun iklim literasi sekolah? Ini merupakan tantangan yang tersulit. Menyadarkan seluruh warga untuk melek litersi bukan perkara mudah. Perlu kerja sama yang serius antara kepala sekolah, guru, tata usaha, siswa, orang tua, dan masyarakat untuk mewujudkan gerakan mulia ini.
Terakhir, yang harus dihadapi dalam menumbuhkan kemampuan litarasi baca-tulis di kalangan peserta didik adalah tantangan dalam tahap pembelajaran. Tagihan akademik dan non akademik dari kegiatan ”lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran” memerlukan kesiapan dan ketelatenan semua warga sekolah. Selanjutnya, tantangan pada kegiatan tahap pembelajaran dalam melaksanakan berbagai strategi untuk memahami teks dalam semua mata pelajaran selalu dikesampingkan. Akibatnya, kegiatan ini membosankan peserta didik. Belum lagi penggunakan lingkungan fisik, sosial, afektif, dan akademik yang disertai beragam bacaan (cetak, visual, auditori, digital) yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran belum maksimal.
E. Solusi
Kemampuan baca-tulis sebagai kemampuan literasi perlu ditekankan pada peseta didik mulai sejak dini. Lebih lanjut tingkatan minat baca-tulis peserta didik sangat menentukan kualitas dalam berwawasannya. Dalam proses pendidikan, keberhasilan mereka sangat ditentukan oleh kemampuan membaca dan menulis.
Keberhasilan dari program literasi baca-tulis yang dilaksanakan di sekolah bergantung kepada berbagai pihak, seperti kepala sekolah, guru, siswa, tata usaha, komite, dan orang tua. Sinergitas semua warga sekolah sangat diperlukan dalam hal ini. ”Membaca lima belas menit sebelum pelajaran di mulai setiap hari”, perlu difahami oleh semua warga sekolah bahwa kegiatan ini adalah pondasi bagi kegiatan literasi yang lainnya. Bagi guru yang merasa jam pelajarannya terpotong, dengan kesepakatan bersama, solusinya dengan mengeser lebih awal jam masuk sekolah. Biasanya jam 07.00 WIB bel berbunyi tanda masuk, digeser lebih awal menjadi jam 06.45 WIB. Jika kegiatan lima belas menit ini berjalan dengan lancar, tertib, dan berkesinambungan makan tahapan lain dari kegiatan literasi akan lancar pula.
Keberadaan perpustaakaan yang representatif amat dibutuhkan dalam upaya penumbuhan kemampuan literasi baca-tulis. Kuantitas dan kualitas buku rujukan di perpustakaan menjadi sentral dalam kegiatan ini. Pembangunan lingkungan fisik, sosial, afektif, dan akademik yang disertai beragam bacaan (cetak, visual, auditori, digital) yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran perlu mendapat perhatian setiap sekolah.
F. Kesimpulan dan Harapan
”Lima belas menit begitu menenukan!” Ya, itulah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan betapa pentinggya kegiatan ini dalam meningkatkan kemampuan literasi baca-tulis di kalangan peserta didik. Mengapa demikan? Lihat Permendikbud No. 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti kalimat “kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai” tertuang secara eksplisit. Ini menunjukan bahwa jiwa dari gerakan litersi sekolah adalah pembiasaan membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai setiap hari. Adapun kegiatan tahap pengembangan dan pembelajaran adalah tindak lanjut dari kegiatan ini.
Tampaknya kegiatan membaca 15 menit ini banyak yang menganggap sepele. Padahal tidak demikian. Kegiatan membaca 15 menit ini dapat menentukan masa depan bangsa. Mudah-mudahan program ini dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan berkesimambungan. Pada akhirnya, harapan hasil uji internasional PISA dan PIRLS peserta didik kita bisa sejajar dengan negara maju. Rasa pesimistis dalam menyongsong era genersi emas 2045 dengan berbekal bonus demografi yang literat akan berubah menjadi optimistis. Bonus demografi tidak akan menjadi beban pembangunan melainkan menjadi modal pembangunan di masa depan.
Marilah kita berupaya meningkatkan kemampuan literasi baca-tulis peserta didik. Meskipun di sana-sini tantangan selalu menghadang. Luangkanlah minimal 15 menit untuk memberi kesempatan kita dan peserta didik untuk membaca. Jadikanlah kegiatan ini menjadi ladang ibadah bagi kita dalam menuntut ilmu. Filsuf Muslim, Imam Ghozali, pernah berkata, ”Menuntut ilmu adalah taqwa. Menyampaikan ilmu adalah ibadah. Mengulang-ulang ilmu adalah zikir. Mencari ilmu adalah jihad. Semoga dan semoga!
Sumedang, 10 November 2016
B. Pengertian Teks Artikel
Teks di atas yang berjudul Menumbuhkan Kemampuan Literas Baca-Tulis: antara Upaya dan Tantangan itulah merupakan teks artkel. Teks tersebut mengupas pendapat seorang penulis terhadap suatu data, fakta, atau peristiwa berdasarkan analisis subjekif penulis. Biasanya artikel diterbitkan oleh media cetak setiap hari, kecuali hari Minggu. Artikel ini tidak terlalu panjang,
C. Ciri-ciri Teks Artikel
1. Fungsi Artikel
Jika ditelaah lebih mendalam, teks artikel befungsi memberikan informasi kepada para pembaca agar mengetahui, memahami, mengkritisi, dan menilai suatu data, fakta, atau kejadian yang ditulis berdasarkan pendapat penulis
2. StrukturArtikel
Berdasarkan teks artikel yang telah dibaca di atas, ternyata teks artikel mempunyai struktur pendahuluan teks atau tesis (pernyataan umum), yakni berupa sorotan peristiwa yang mengandung suatu persoalan aktual. Berikut ini contoh bagian struktur pendahuluan:
Lantas bagaimana pengaruh kemampuan literasi baca-tulis terhadap masa depan bengsa? pada abad ke-21 ini, kemampuan berliterasi peserta didik berkaitan erat dengan tuntutan keterampilan baca-tulis yang berujung pada kemampuan memahami dan menuangkan informasi secara analitis, kritis, dan reflektif. Tak dapat dipungkiri, kemampuan literasi baca-tulis berperanan penting dalam memenangkan persaingan di dunia internasional.
Selain struktur pendahuluan, teks artikel pun menpunyai struktur yang menjadi bagian inti dari teks artikel itu sendiri. Struktur inti artikel sering disebut juga bagian penyampaian opini-opini atau urutan gagasan. Struktur ini berupa tanggapan-tanggapan penulis berkenaan dengan peristiwa, kejadian, atau persoalan aktual. Untuk lebih jelasnya, perhatikan petikan berikut ini.
Data di atas cukup mencemaskan kita semua. Bagaimana tidak? Alih-alih bangsa Indonesia sedang giat mempersiapkan generasi emas 2045, dihadapkan pada kenyataan bahwa peserta didik yang digadang-gadangkan sebagai bonus demografi kemampuan literasinya rendah. Bonus demografi yang dimaksud adalah jumlah penduduk usia muda (usia rata-rata sekolah) lebih bayak dibandingkan dengan penduduk usia tua. Kondisi ini akan berlangsung antara tahun 2012 hingga 2035. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 diketahui bahwa jumlah anak usia 0 - 9 tahun mencapai 45,93 juta, dan anak usia 10 - 19 tahun berjumlah 43,55 juta jiwa. Mereka inilah kader generasi emas 2045. Pada tahun 2045 mereka yang berusia 0 - 9 tahun akan berusia 35 - 45 tahun dan yang berusia 10 - 19 tahun akan berusia 45 - 54 tahun. Apabila potensi tersebut tidak dikelola dengan benar, tidak menutup kemungkinan genersi emas akan menjadi generasi lemas.
Sebagai struktur penutup, teks artikel biasanya berupa kesimpulan,saran, atau rekomendasi yang berupa pernyataan dalam menyelesaikan persoalan yang dikemukakan sebelumnya. Berikut ini disajikan pengglan penutup sebuah teks artikel:
Marilah kita berupaya meningkatkan kemampuan literasi baca-tulis peserta didik. Meskipun di sana-sini tantangan selalu menghadang. Luangkanlah minimal 15 menit untuk memberi kesempatan kita dan peserta didik untuk membaca. Jadikanlah kegiatan ini menjadi ladang ibadah bagi kita dalam menuntut ilmu. Filsuf Muslim, Imam Ghozali, pernah berkata, ”Menuntut ilmu adalah taqwa. Menyampaikan ilmu adalah ibadah. Mengulang-ulang ilmu adalah zikir. Mencari ilmu adalah jihad. Semoga dan semoga!
3. Kaidah-kaidah Kebahasaan
Perhatikan kembali teks artikel yang telah dibaca tadi. Dapat dilihat bahwa teks tersebut tersusun dari beberapa paragraph. Paragraf-paragraf tersebut tersusun dari beberapa kalimat, selanjutnya kalimat-kalimat tersusun dari beberap kata. Dilihat dari susunan kalimat, ternyata kaidah kebahasaan kalimat teks artlikel didominasi kalimat fakta dan opini. Berikut ini contoh kalimat fakta dan opini dalam teks artikel:
a. Menggunakan kalimat-kalimat fakta
1. Bonus demografi yang dimaksud adalah jumlah penduduk usia muda (usia rata-rata sekolah) lebih bayak dibandingkan dengan penduduk usia tua.
2. Kondisi ini akan berlangsung antara tahun 2012 hingga 2035.
3. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 diketahui bahwa jumlah anak usia 0 - 9 tahun mencapai 45,93 juta, dan anak usia 10 - 19 tahun berjumlah 43,55 juta jiwa.
4. Mereka inilah kader generasi emas 2045. Pada tahun 2045 mereka yang berusia 0 - 9 tahun akan berusia 35 - 45 tahun dan yang berusia 10 - 19 tahun akan berusia 45 - 54 tahun.
b. Menggunakan kalimat-kalimat opini
1. Apabila potensi tersebut tidak dikelola dengan benar, tidak menutup kemungkinan genersi emas akan menjadi generasi lemas.
2. Alih-alih bangsa Indonesia sedang giat mempersiapkan generasi emas 2045, dihadapkan pada kenyataan bahwa peserta didik yang digadang-gadangkan sebagai bonus demografi kemampuan literasinya rendah.
Teks artikel yang merupakan tulisan opini sering pula memunculkan kalimat retotis, ungkapan khas pengarang, istilah asing, konjungsi kausatif, dan konjungsi Penunjuk waktu. Berikut ini ditampilkan contoh hal tersebut:
c. Adanya penggunaan kalimat retoris
1. Mengapa kemampuan literasi baca-tulis perlu ditumbuhkan terutama di kalangan peserta didik?
2. Seberapa pentingkah kemampun literasi baca-tulis bagi peserta didik?
3.Pertanyaan lebih jauh, seberapa berpengaruhkah kemampuan literasi baca-tulis
terhadap masa depan suatu bangsa?
d. Menggunakan istilah khas/kedaerahan
1. Alih-alih bangsa Indonesia sedang giat mempersiapkan generasi emas 2045, dihadapkan pada kenyataan bahwa peserta didik yang digadang-gadangkansebagai bonus demografi kemampuan literasinya rendah.
2. Apabila potensi tersebut tidak dikelola dengan benar, tidak menutup kemungkinan genersi emas akan menjadi generasi lemas.
e. Tidak menggunakan kata pengganti personal ( saya, kamu, Anda, dia dan lain-lain)
f. Banyak menggunakan kata-kata populer asing
1. Pengujian ini dilakunkan PIRLS (Progress in International Reading Literacy
Study) tahun 2011.
2. Sementara itu, uji literasi membaca dalam PISA (Programme for International
Student Assessment) tahun 2009 menunjukkan peserta didik Indonesia berada
pada peringkat ke-57 dengan skor 396 dari skor rata-rata 493
3. Reading award dan mengembangkan iklim literasi sekolah juga merupakan
tindak lanjut kegiatan 15 menit membaca.
4. Belum lagi penggunakan lingkungan fisik, sosial, afektif, dan akademik yang
disertai beragam bacaan (cetak, visual, auditori, digital) yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran belum maksimal
g. konjungsi yang merujuk pada waktu, tempat, peristiwa, atau hal lainnya
yang menjadi fokus ulasan.
Setelahtantangan pada tahap pembiasaan, muncul pula tantangan pada kegiatan
tahap pengembangan.
h. penggunaan konjungsi kausalitas, seperti sebab, karena, sebab, oleh sebab itu.
1.Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan literasi baca-tulis
di kalangan peserta didik.
2. Hal ini karena berkaitan dengan kultur lisan lebih dominan daripada baca-tulis
dalam lingkungan peserta didik.
4. Prosedur Pembelajaran
1. Fakta dan opini sebuah artikel
Perhatikan teks berikut!
Data di atas cukup mencemaskan kita semua. Bagaimana tidak? Alih-alih bangsa Indonesia sedang giat mempersiapkan generasi emas 2045, dihadapkan pada kenyataan bahwa peserta didik yang digadang-gadangkan sebagai bonus demografi kemampuan literasinya rendah. Bonus demografi yang dimaksud adalah jumlah penduduk usia muda (usia rata-rata sekolah) lebih bayak dibandingkan dengan penduduk usia tua. Kondisi ini akan berlangsung antara tahun 2012 hingga 2035. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 diketahui bahwa jumlah anak usia 0 - 9 tahun mencapai 45,93 juta, dan anak usia 10 - 19 tahun berjumlah 43,55 juta jiwa. Mereka inilah kader generasi emas 2045. Pada tahun 2045 mereka yang berusia 0 - 9 tahun akan berusia 35 - 45 tahun dan yang berusia 10 - 19 tahun akan berusia 45 - 54 tahun. Apabila potensi tersebut tidak dikelola dengan benar, tidak menutup kemungkinan genersi emas akan menjadi generasi lemas.
Kalimat-kalimat dalam teks di atas dapat dikelompokan ke dalam dua bagian, yaitu kelompok kalimat fakta dan kalimat opini. Berikut ini disajikan pngelompokaanya sebagai berikut:
Kalimat fakta | Kalimat opini |
Data di atas cukup mencemaskan kita semua. | Bonus demografi yang dimaksud adalah jumlah penduduk usia muda (usia rata-rata sekolah) lebih bayak dibandingkan dengan penduduk usia tua. |
Bagaimana tidak? | Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 diketahui bahwa jumlah anak usia 0 - 9 tahun mencapai 45,93 juta, dan anak usia 10 - 19 tahun berjumlah 43,55 juta jiwa. |
Alih-alih bangsa Indonesia sedang giat mempersiapkan generasi emas 2045, dihadapkan pada kenyataan bahwa peserta didik yang digadang-gadangkan sebagai bonus demografi kemampuan literasinya rendah. | . |
Kondisi ini akan berlangsung antara tahun 2012 hingga 2035. | |
Mereka inilah kader generasi emas 2045. | |
Pada tahun 2045 mereka yang berusia 0 - 9 tahun akan berusia 35 - 45 tahun dan yang berusia 10 - 19 tahun akan berusia 45 - 54 tahun. | |
Apabila potensi tersebut tidak dikelola dengan benar, tidak menutup kemungkinan genersi emas akan menjadi generasi lemas. |
Berdasarkan pembagian kalmat opini dan fakta di atas, dapat disimpulkan cici-cici kalimat fakta dan opini sebagai berikut:
Kalimat fakta | Kalimat opini |
objektif | subjektif |
Sudah terbukti kebenarannya | Belum terbukti kebenarannya |
Sudah terjadi | Belum terjadi |
Memuat data yang akurat | Memuat pendapat seseorang |
2. Menyusun Opini dalam Artikel
Perhatikan penggalan teks yang rumpang berikut!
Pendahuluan/tesis (pernyataan umum)
Lantas bagaimana pengaruh kemampuan literasi baca-tulis terhadap masa depan bangsa? ………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
Pembahasan atau rangkaian opini ( gagasan)
Data di atas cukup mencemaskan kita semua. Bagaimana tidak? Alih-alih bangsa Indonesia sedang giat mempersiapkan generasi emas 2045, dihadapkan pada kenyataan bahwa peserta didik yang digadang-gadangkan sebagai bonus demografi kemampuan literasinya rendah. ………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
Penutup
Marilah kita berupaya meningkatkan kemampuan literasi baca-tulis peserta didik.
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Berdasarkan penggalan teks yang rumpang di diatas, lengkapilah teks tersebut dengan kaliamat-kalimat opini sehinggan tersusun penggalan teks yang koheren. Dalam melengkapi penggalan teks yang rumpang tersebut, perhatkan pula hubungan antar paragraph sehingga menjadi kesatuan teks artikel yang utuh.
(Oleh Nana Sutisna)
0 komentar:
Post a Comment
Jadilah orang yang memberikan komentar yang baik untuk semuanya!